yang udah berkunjung

Diberdayakan oleh Blogger.

MAKASIH KUNJUNGANNYA, MAMPIR LAGI YA...

Senin, 23 Desember 2013

PROLOG


Ini adalah sebuah prolog untuk novel fantasi bernuansa lokal Indonesia berjudul RAHAGI. Dibuat dengan bantuan keisengan, deadline lomba dan kesenangan pribadi. 

Orang-orang berkerumun di halaman rumah. Saling berdesakan, berusaha mendapatkan tempat. Bersaing untuk menjadi yang paling depan. Mereka ingin melihat bagaimana rupa anak muda itu. Orang yang tiba-tiba ditemukan tergelosor di bawah pohon mangga, dengan denyut nadi yang sangat pelan dan tubuh yang basah. Tidak ada sungai atau pun sumber air di sekitarnya, juga tidak hujan selama beberapa hari terakhir, bagaimana mungkin dia bertubuh basah seperti itu? itu yang terus didengung-dengungkan di dalam perbincangan.


“Bagaimana keadaannya?” tanya beberapa orang, mengkonfirmasi berita yang beredar dari mulut ke mulut. Bahwa anak muda itu kulitnya memiliki corak biru keabu-abuan seperti dehidrasi,  memar-memar, tak sadarkan diri saat ditemukan. Saat diangkat dari tanah, mulutnya masih bisa menggumamkan nama seseorang yang begitu asing di telinga. Bukan nama orang-orang zaman sekarang. Candramawa katanya.


Ia dikerubuti, difoto dan diperbicangkan dengan serius, sebelum seorang pria dengan pakaian kumal, kulit gelap terpanggang matahari, dan keringatan, mengusir orang-orang. Memohon agar mereka minggir. Seorang supir angkot memandang gadis itu, mengernyitkan kening, kemudian segera menggendongnya bersama-sama dengan dua orang pria. Memasukkannya ke dalam angkot.


“Sudikah bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian ikut berdoa mendo’akan dia?” kata orang itu, sebelum beberapa orang naik ke angkot, memangku tubuhnya secara bebarengan.


Mereka melaju kencang, mengklakson anak kecil, menyalip tukang becak, lalu berbelok tajam, berhenti di sebuah bangunan putih dengan tulisan PUSKESMAS. Supir angkot keluar, kemudian berteriak-teriak dari luar ruangan. Membuat pasien yang mengantri menengok ke sekitar, mencari tahu apa yang sedang terjadi.


“Tolong dia...dia sedang sakaratul maut!” katanya, direspon dengan tindakan serba cepat dan terampil.


Dalam hitungan menit, tubuh basah itu tiba-tiba saja sudah berada di dalam ruangan, di pasangi selang-selang, dipacu detak jantung, lalu disuntiki berbagai macam cairan. Empat orang pria pengantar mondar mandir di depan kamar pasien, seolah-olah menunggu isti masing-masing yang sedang melahirkan.

“Mohon bantu saya mendo’akan dia,” katanya pada setiap orang yang tak sengaja lewat di hadapannya.


“Dia...masih sangat muda.”




separador

0 komen:

Cari

profil

Foto saya
seolah hitam, padahal kelabu.

sahabat

Blog Archive

Categories