Saya memang menyesal karena seseorang telah merampas
benda-benda berharga milik saya. Namun, saya lebih menyesal karena seseorang
membuat saya merasa menyesal.
Tiga minggu terakhir adalah minggu-minggu yang ajaib. Pada Sabtu
malam, saya mengalami sebuah kecelakaan kecil. Kecelakaan ? hem, entah apa
istilahnya. Ban motor saya bocor. Anehnya, tidak ada bekas paku disana. Ada sih
lubang di ban, tapi seharusnya si lubang ada di bawah ban kan, bukan disamping
? Sementara lubang ban motor saya ada di bagian samping. Saat itu saya takjub
dan merasa sangat keheranan. Sebab, kondisi ban masih dalam kondisi baik (kata
si tukang tambal karena saya gak ngerti ban).
Sabtu malam di munggu berikutnya, kejadian serupa terulang.
Jika
dulu ban motor belakang yang bocor, sekarang ban depan yang bocor. Kejadiannya pun
hampir serupa dan secara tiba-tiba. Saat itu, saya merasa jika malam
minggu(baca : sabtu malam) adalah malam yang terkutuk buat saya.
Kemudian pada minggu berikutnya, setelah saya meliput sebuah
konser dua penyanyi yang terkenal dan mengaggumkan, saya mengalami kesialan
lagi. malam minggu itu, saya ditodong orang “sinting”. Dua orang yang membawa
senjata berhasil menggondol ponsel, tas, dompet dan isinya. Bahkan, teman saya
yang kebetulan membonceng pun mengalami hal serupa.
Saat itu, saya mencoba menghindar dari si penodong, namun
senjata tajam yang terus menenerus diarahkan pada saya membuat nyali saya
menciut. Akhirnya, saya menyerah. Saya menyerahkan barang-barang saya, termasuk
rekaman suara yang harusnya akan digunakan untuk menulis sebuah liputan. Apalagi,
terdapat uang-yang baru saya dapatkan dari kompas karena tulisan saya
dimuat-yang akan saya berikan pada sebuah organisasi yang sedang defisit.
Saat itu, saya menyerah, saya pikir, sudah saatnya benda-benda
pinjaman itu pergi. saya memang menangis, karena saya baru saja menghilangkan
banyak hal-termasuk satu-satunya rekaman suara seseorang yang saya kagumi-seperti
surat-surat berharga, atm, kartu identitas dsb. Saya tidak tahu harus bagaimana
saat itu. kondisi badan yang lelah karena hampir tidak tidur, berkali-kali
mondar mandir untuk memenuhi persyaratan pembuatan surat-surat, tidak memiliki
cukup uang untuk melakukan sesuatu, kehilangan banyak barang, juga
pikiran-pikiran lain yang terus beradu untuk membuat saya menangis.
Hari
minggu siang, saya menangis tersedu-sedu.
Setelah itu, saya merasa lega karena kejadian baik
menghampiri saya. Dompet saya ditemukan, walaupun atm, uang, ludes. Saya
mendapatkan servis gratis atas ponsel yang sudah tidak bergaransi, dan mungkin
masih akan datang kebaikan-kebaikan dan keajaiban lainnya. dan mungkin juga,
kisah malam minggu kelabu/terkutuk yang tergambar dari kejadian “bocornya ban
motor” adalah semacam rambu-rambu agar saya tidak keluar pada sabtu malam. Ah,
semuanya aneh memang, tapi saya suka keanehan.
Hari ini, Rabu(18/4) saat saya menuliskan tulisan ini, saya
sedang merasa sangat kesal. Saya yang merasa sudah ‘legowo’ tiba-tiba merasa
sangat kesal. Seorang teman saya malah mengatakan “Handphonemu yang baru itu?
ah, padahal aku pengin banget Hp itu”. atau saat dia mengatakan “Kenapa kamu
gak teriak? Hrusnya kamu teriak”. Ayolah kawan, sebagai seorang calon psikolog,
apakah itu yang harus dikatakan? Bukankah ucapan semacam itu hanya akan membuat
si korban(baca:saya) merasa semakin kehilangan dan merasa bodoh serta sial?
Kadangkala, orang-orang yang baru saja kehilangan sesuatu
atau merasa sulit menerima sesuatu, harus dibawa ke dalam nuansa berbeda. Kadang,
mengalihkan sudut pandang dalam melihat masalah -seperti menerima, bersyukur
karena tidak disakiti, atau merasa beruntung karena tidak membawa laptop saat
kejadian, dsb-dapat membuat seseroang merasa lebih tenang dan bersyukur atas
hidup yang dijalaninya. Mempersoalkan yang telah hilang dan mengutuki keadaan
toh hanya akan membuat hidup terasa lebih berat, bukan begitu?
Terakhir, bukan hanya karena menyesal saya menuliskan
curhatan ini, namun, karena saya tahu, mungkin Anda juga pernah mengalami hal
serupa. Saya ingin Anda menjadi saksi saat kejadian baik datang dan
menggantikan hal-hal baik yang telah terampas; hilang.
1 komen:
Yang penting, kamu baik-baik aja, Mega....
Posting Komentar