Menjelma-jelma senja berlamuk
Lagi menyurup tembang lelara,
Lalaikah engkau pada masa?
yang menabalkan luka melara-lara
hingga senja menjelma duka,
Terselapkah engkau pada bebatuan bintang?
Yang kau jadikan serupa padanan. Pada mata; pada wajah; juga
tangis yang merambati pipi
Yang senantiasa kau hapus dengan iringan canda
Berkata surga akan tiba; dan nirwana mengerjap kita turut
serta
Telah kau gadai hari yang nyenyat
Kau jadikan semesta menghangat, lamat-lamat
Tapi, teramat singkat waktu kau bagi
Hingga tuah tersedot sepi,
Terkunci dan mati;
Kau simpan cinta dalam merah,
Yang kau hanyutkan seiring aliran darah
Bukan mawar yang menghalau gundah
Sebab buliran sinar memasung resah, berkembang-kembang dari,
dua mata yang berperi
Senja menghantur salam duka.
Yang kau ucap dengan lantunan senyum serupa-rupa
Seolah datang untuk pulang,
Pun habis sejumput harap tuk kembali
Datang,
Cilacap, 29 januari
2012
Terilhami dari sebuah
mimpi tentang perpisahan dengan seseorang.
0 komen:
Posting Komentar