Pernahkah Anda menyukai sesuatu?
Tentu saja.
Semua orang pernah merasakannya.
Ngomong-ngomong, bukankah hanya saya dan Anda yang membaca tulisan ini? Baiklah, izinkan
saya membongkar rahasia.
Selama ini, saya menyukai tokoh rekaan, dan
saya pernah jatuh cinta pada salah satu diantara mereka (Edward si vampire,
Jacob lawannya, detektif genius seperti Conan, Arthemis Fowl, pangeran api
dalam Legend of Aang dll). Bahkan, saya pernah jatuh cinta pada tokoh rekaan
saya sendiri. (Arga, dalam novel yang belum diterbitkan). Sebab, mereka
memiliki karakter yang kuat dan mengagumkan. Karakter tokoh mungkin salah satu
sisi yang bisa “dijual” dari sebuah kisah.
Akan tetapi, bukan kecintaan pada tokoh yang
akan saya bicarakan. Bukan juga soal kecintaan saya pada kisah-kisah garapan Pramoedya
Ananta Toer, Djenar Mahesa Ayu(walaupun saya kadang membencinya juga),
tulisan-tulisan Andrea Hirata, Gus tf
Sakai, maupun kisah-kisah buatan penulis lain. Bukan itu yang akan saya bahas.
Sebab, nama-nama besar pun sering menjadi sisi yang bisa “dijual” dari karya
sastra. Jadi, saya akan melupakan bagian “penjualan” karya.
Lalu apa yang akan kamu bahas, Mega?
Baiklah, saya bahkan memahami apa
yang akan saya bahas. Namun, jika berkenan lanjutkanlah membaca beberapa bagian
setelah ini.
Kecintaan saya
pada dunia ini, akhirnya menggiring saya untuk menuliskannya. Sebab saya ingin
menjadi “penulis” dan saya berke”wajib”an menulis. Jadi, selama beberapa tahun
terkahir, saya begitu rajinnya melakukan kewajiban itu. (Jika Anda adalah orang
yang sering membaca blog saya, erviyulianti.blogspot.com, saya harap Anda akan mengiyakan ucapan saya. Tapi jika Anda baru pertama kali membacanya,
sering-seringlah mengunjunginya J.)
Namun,
belakangan ini saya merasa mandul. Saya merasa bosan ketika saya harus menulis.
Apalagi menyangkut masalah menulis fiksi.
Ketika mulai
mengetik, saya mulai kebingungan “apa lagi” yang bisa saya tuliskan ? Menulis fiksi
bukanlah proses yang sederhana. Saya harus memulainya dengan sesuatu yang
menarik, berjuang membangun karakter tokoh, alur, maupun konflik kemudian pada
fase cool off, saya harus
pandai-pandai menyelipkan pesan(dan seringkali saya gagal total). Sebab, pesan itu tidak etis apabila saya
sampaikan terang-terangan. Namun akan menjadi terlalu abstrak apabila saya
tidak memberikan petunjuk, bahkan mungkin tidak akan ditemukan oleh pembaca.
Lalu, untuk
mengatasinya saya akan menuliskan satu atau dua kalimat kemudian
meninggalkannya. Barangkali suatu saat tulisan itu akan berguna. Jikapun tidak,
saya telah merasa menjadi “penulis” hari ini.
Namun apakah kiranya tujuan saya
menuliskan ini?
Barangkali akan seperti “pesan” dalam
karya fiksi, Anda pun harus berusaha menerka-nerka.
3 komen:
nerka2 ya? wah asik nih..masih misteri...
mampir ke blogku ya di http://edittag.blogspot.com
kamu seperti menyibak tabir, seperti menyindirku, seperti mengabarkan bahwa kamu lain dari yang kukenal, karena aku tidak terlalu mengenalmu. Hehehe good luck mega
jangankan kamu rul, kadang, aku juga gak terlalu mengenal diriku sendiri...hhaaa
Posting Komentar