Aku diam sambil memandangi tetesan air hujan yang berenang-renang seperti kecebong di atas permukaan kaca. “Aku akan punya Adik lagi. Bunda akan semakin melupakanku,Ayah apalagi”gumamku sambil terus bermain mata dengan kecebong-kecebong itu.
“Kak Rista kok cemberut?” Dani dengan senyum lebarnya melihat ke arahku. Entah kenapa,hari ini aku kehilangan pemicu peledak di kepalaku. Aku merasa sama sekali tidak terganggu dengan kedatanganya “Sebentar lagi Adik baru lahir ya Kak. Kakak pasti akan senang ya?” mata Dani terlihat berkilatan saat itu. Entah perasaan apa yang menjajah diriku. Yang saat itu ku inginkan adalah memeluknya,itu saja. Hal yang belum pernah sekalipun aku rasakan selama ini.
“Kak,mau ’kan jadi pacarku?” ia mengulangi pertanyaannya yang waktu itu. “Emangnya kenapa?” “Biar Kakak gak lupa sama aku”jawabnya polos “Manamungkin aku bisa lupa sama anak bandel yang mecahin pot bungaku.” jawabku dengan nada menyindir. “Kalau gitu,maafin Dani ya. Dani janji,gak akan mecahin pot bunga atau ngerepotin kak Rista lagi,ya? Oh ya,aku juga gak akan membiarkan seekor ular pun gigit Kakak,Bunda atau siapa pun. Dani janji” aku terus memandangi kecebong. Sebelum teriakan histeris terdengar.
***
“Alhamdulillah bayinya lahir normal” tukas Bibi Mel saat Ayah dan beberapa kerabat dekat datang berkunjung. “Sekarang bayinya sedang di inkubator,ada masalah sedikit tadi,tapi segera ditangani. Untungnya mereka berdua kuat” “Bagaimana dengan Ros?” Ayah melongok ke kamar Bunda. “Dia perlu istirahat. Usianya memang sangat rentan untuk melahirkan.” semuanya diam.
Tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki. Teratur dan bertekanan. Aku segera tahu kalau itu Ayah. Saat aku mendongakkan kepala,kulihat Ayah tengah melihatku dengan mata yang berkaca-kaca. “Kenapa kamu? Apa kamu gak suka dapat hadiah adik baru?” kata ayah sambil menjabat tangaku. “Selamat ulang tahun ya sayang”aku memberi Ayah senyuman yang lebar. “Ayah gak lupa?” “Manamungkin bisa”kami pun berpelukan. Hangat,tentram...aku tidak ingin lepas dari dekapan Ayah. Pelukan yang kupikir akan hilang itu kembali datang.
Semenit kemudian
Keadaan berubah total. Terdengar teriakan dari dalam kamar Bunda. “Ros” Ayah berlari ke dalam,lalu memeluk tubuh Bunda yang merah padam dan berkeringat dengan kuat. “Ada apa,Ros?” “Dia...putra kita...aku harus bertemu Dani” aku merasakan sesuatu berdegub kencang di dalam dadaku.
Ini adalah hari ulang tahunku yang ke-17,saat dimana aku benar-benar bisa dianggap dewasa.
***
Ini adalah hari ulang tahunku yang ke-17,saat dimana aku benar-benar bisa dianggap dewasa.
Minimal, aku sudah bisa memegang KTP dan mengatakan pada dunia jika aku telah dewasa.
Angka 17 itu istimewa,yah...kurasa ada benarnya juga. Karena hari dimana umurku genap 17,aku menemukan tiga hal penting yang terjadi saat itu. Tiga hal penting terjadi hari itu,aku tahu kalau kasih mereka(Ayah dan Bunda) itu seperti bintang. Meskipun tidak selalu kelihatan,namun aku tahu jika mereka ada dan akan selalu begitu. Dua,aku punya seorang adik bayi laki-laki kecil yang lahir pada hari yang sama saat aku terlahir 17 tahun lalu. Dan yang terakhir,aku tahu kalau aku ini idiot! dan mungkin aku seharusnya dikutuk !
Tubuh kaku Dani yang telah di bungkus kain putih itu terlihat tersenyum, entah kenapa aku selalu merasa ia tengah tersenyum kerahku. Bayang-bayangnya berkelebatan di pikiranku,saat ia berusaha menghiburku dengan lolipop,berusaha menjadikan aku pacarnya. Yang walaupun aneh,aku pikir dia hanya berusaha memujiku. Pacar berarti cantik dan baik hati. Aku tidak tahu bagaimana mungkin ada anak berusia 8 tahun yang tahu hal semacam itu. Juga saat aku ingin memelukknya untuk pertama kali,namun kuurungkan niat itu.
Semunya berjalan tak beraturan,terlalu berantakan sampai aku tidak menyadari apa yang sebenarnya aku miliki. Apa yang harunya aku cintai dan tidak ku benci.
Hari dimana adik kandungku itu terlahir,bencana besar pun terjadi. Ia tidak berbohong tentang ular dalam pot bunga. Aku yang panik dengan keadaan Bunda membiarkan Dani tidur sendirian di rumah.
Semunya berjalan tak beraturan,terlalu berantakan sampai aku tidak menyadari apa yang sebenarnya aku miliki. Apa yang harunya aku cintai dan tidak ku benci.
Hari dimana adik kandungku itu terlahir,bencana besar pun terjadi. Ia tidak berbohong tentang ular dalam pot bunga. Aku yang panik dengan keadaan Bunda membiarkan Dani tidur sendirian di rumah.
Dani telah terbujur kaku saat kami tiba di rumah,disampingnya ada seekor ular kobra yang juga tak bernyawa. Ia menepati janjinya,ular itu telah mati. Dan Dani...Seseorang yang benar-benar ku cintai ternyata baru kusadari betapa berartinya dia saat aku kehilangan dia. Untuk pertama kalinya dalam hidupku,aku rela dan sangat bersedia,mengakui Dani sebagai adikku.
Tujuh tahun kemudian...
Aku kini adalah wanita berusia 24 tahun yang sekarang akan menikah. Dani,adik ketigaku adalah tamu istimewanya.
Entah benar entah salah,aku merasa kalau Dani yang semula bencana itu selalu ada di dekatku. Bersamaku dan menjagaku,seperti yang dulu di janjikannya. Walaupun ada Dani kedua di sini,kedudukan Dani yang ’peledak kemarahan’ itu takan pernah tergantikan oleh siapa pun.
0 komen:
Posting Komentar