yang udah berkunjung

Diberdayakan oleh Blogger.

MAKASIH KUNJUNGANNYA, MAMPIR LAGI YA...

Jumat, 04 Februari 2011

Dia bukan Adikku ! part II

Meja-meja telah tertata rapi saat aku berjalan ke arah ruang makan. Piring-piring ceper telah terisi bulir-bulir nasi goreng. Gelasku telah terisi penuh susu,gelas ayah teh dan gelasnya,susu coklat.
            “Kak,maaf ya potnya pecah” katanya dengan lagak anak kecilnya,sok manja. Aku memutuskan untuk diam saja,saat ia mulai menunjukkan mata memelasnya.
 “Kemarin aku lihat ada ular Kak” katanya dengan nada merendah,seperti ingin membuatku kasihan,tapi...jangan berharap!

           
“Iya,tidak apa-apa sayang. Bunda tahu kamu tidak sengaja” tukas Bunda sambil membelai kepalanya perlahan,begitu lembut. Aku mengamatinya dengan ledakan di kepalaku. “Sudah ya sayang,lagi pula Kak Rista sudah maafin kok. Iya ’kan Rista?” tanya Bunda dengan mata yang berkedip-kedip. Dengan segera,aku pun membuang muka. Berpura-pura membaca sms dan berkutat dengan ponselku.
            “Tapi di pot bunga itu ada telur ularnya Bunda,Dani lihat sendiri. Makanya pot itu Dani rusakin” peledak di kepalaku diaktifkan. Siap menerjang mulut kecil orang paling ku benci itu sekali kedip. Namun seperti biasa,Bunda terus membelai kepala anak itu dan berkata berulang kali. “Bunda percaya sayang.” ya...ya...Bunda percaya sayang! Menyebalkan!


            “Kak Rista gak percaya,ya?” aku tersedak. Saat itu susu putih yang telah masuk ke kerongkonganku muncrat keluar,mengenai muka Dani yang terlihat santai. Aku tidak tahu harus melakukan apa. Antara membersihkan mukanya atau marah-marah karena ia mengejutkanku.
           

Tapi lagi-lagi Bunda bertindak. Bunda dengan pandangan itu,membelenggu kemarahanku seketika. Bunda mengelap pipi anak itu dengan tissu dan berkali-kali bertanya “Kamu tidak apa-apa ’kan sayang?” entah dengan yang lain,aku merasa kalau Bunda berlebihan. Aku bahkan tidak pernah di perlakukan seperti itu sebelumnya,menyebalkan sekali.
            “Gak apa-apa kok Bunda,Kak Rista pasti tadi gak sengaja.” cari muka!!! “Tadi Dani yang ngagetin duluan kok Bunda” Bunda melirik ke arahku,pandangannya sama mengerikannya dengan yang tadi. “Oh,kamu ngaku salah juga ya?!” aku menyalak tajam. “Lain kali jangan ganggu aku saat minum,apa kamu ngerti?” kataku sambil memasukkan potongan roti terakhir ke dalam mulutku,sebelum pergi dan meninggalkannya dengan tatapan tajam penuh kekesalan.
***
            “Kamu keterlaluan sama dia” 
Persetan dengan semuanya!kalau kamu mau,ambil aja dia dari rumah. Hidupku ’kan akan lebih bahagia. Semakin cepat dia pergi,semakin baik” kataku sambil memasukkan permen ke dalam mulutku. Dinda melihat dengan mata yang agak memicing ia melihat ke arahku. Aku tahu maksudnya,ia menuntut penjelasan lebih lanjut,yah...semacam itulah. “Apa??? Kamu gak percaya kalau aku gak suka sama dia?”
            “Bukan itu yang aku maksud. Kapan Dani akan pergi?” tanya Dinda tanpa berkedip. “Ha??? Kapan aku bilang dia akan pergi?” “Tadi” “Gak ah,kamu salah denger kali” “Gak,aku dengar dengan jelas”aku mengalah. “Oh baiklah. Anggap aja aku salah bicara” “Tapi aku merasa itu kalau itu nyata” “Ya ampun Dinda. Aku gak ngerti dengan yang kamu omongin. Well,kenapa harus ngomongin dia terus? Kita masih punya banyak topik ’kan?”
            “Aku merasa kalian berdua mirip” aku menghela napas hebat. “Kamu ini yah???!” kataku sambil mengulum lolipop baruku dengan kuat. Aku memecahkan pinggiran lolipop itu,kemudian menjilatinya perlahan. Berusaha menenangkan diri.
            “Rista,aku merasa kamu dan adik angkatmu itu benar-benar mirip” katanya dengan tampang menyakinkan. Aku mengulum lagi lolipopku,memperkuat gigitan di sisi-sisinya. Berdehem keras sebelum kembali menjilatinya. Melirik sedikit ke arah Dinda,lalu berteriak “Apanya yang sama!!!”
            Ia terlihat agak shock,tapi apa peduliku. Aku tidak peduli dengan apa pun saat itu,termasuk Diva dan teman-temannya yang terus melirik kerahku dengan pandangan merendahkan. “Coriii” tukas Dinda dengan tampang bingung,kaget dan sedikit takut. Ralat,sangat takut.
            “Maaf soal omonganku tadi. Aku benar-benar gak bermaksud seperti itu” kalau aku gak marah,pasti lain omongannya. Namun yang keluar dari mulutku,hanya “Ya...aku hanya lagi betek”
***
            Aku berjalan ke arah taman rumah. Mengamati sekeliling,kemudian terfokus pada dedaunan hijau. Aku menghirup napas dalam-dalam dan mulai berpikir. Tanaman hijau dan kadar oksigen yang melimpah adalah terapi untuk menenangkan jiwa.
            Tiba-tiba mataku menangkap sebuah bayangan. Seekor  burung bermain-main dengan sarang buatan yang di siapkan Bunda. Sarang buatan itu sebenarnya hanyalah serabut kelapa yang di tempel pada ranting pohon mangga besar yang kata Bunda melompong itu. “Suatu hari nanti sarang ini akan di tinggali keluarga burung” kata Bunda setelah belasan kali gagal membuat sarang itu di huni burung. Percobaan pertama,bukannya di kunjungi,malah dicuri. Pelakuanya adalah orang-orang jelek kelaparan tentu saja. Yang kedua malah di buat mainan anjing tetangga.
            Pada percobaab ke-3,bunda merubah posisinya,menjadi lebih tersembunyi. Namun,tetap juga gagal. Yang menghuni kali ini adalah semut merah. Bunda terlihat benjol-benjol saat turun dari pohon itu,dan saat ku tanya kenapa,Bunda bilang. “Bunda menemukan cara lain sayang” saat itu aku tidak mengerti.
            Kini setelah 12 kali gagal,hari ini adalah kali pertamanya seekor burung mengunjungi karya Bunda itu. Mungkin sarang itu akan di penuhi anak-anak burung nantinya,atau lebih mungkin kalau burung itu hanya melihat-lihat saja karena tak lama,burung itu pun membumbung ke angkasa.



            Lenyap!!! Ketenanganku lenyap seketika. Peledak di otakku mendadak aktif  ketika ku lihat Dani telah berdiri dengan gaya tengilnya di sampingku. “Kak Rista lagi ngapa?” “Jangan ganggu aku. Aku gak mau ribut” “Lho,Dani ’kan gak pengin bikin ribut kak” aku memberinya senyum kecut,lalu membuang muka.
            “Kak Rista,boleh nanya gak?” aku diam saja,berpura-pura tuli. Tiba-tiba ku rasakan sesuatu menyenggol pinggangku. Tanganku bersiap meluncur ke wajahnya,sebelum ku lihat ada lolipop di tangan kecilnya. Ia tersenyum manis ke arahku. “Ini buat Kakak. Dani lihat Kak Rista suka banget sama lolipop. Ini rasa baru,kata temen-temen ini enak,tapi gak tahu sich. Itu buat Kak Rista aja,kayaknya Kak Rista lebih butuh”
            Selama beberapa saat aku membisu. “Ayo Kak. Katanya ini enak lho. Kalau gak enak,nanti Dani ganti deh” denga ragu,aku membuka telapak tangaku,dan mempersilahkan Dani meletakkan lolipop itu di atasnya. “Cobain deh kak” “Ehm ya,makasih”kataku lirih,ada semacam batu besar yang menghalangi tenggorokanku untuk mengatakan hal itu.
            Kami diam beberapa saat. Gambar buah-buah segar yang di lelehi susu itu memeras kelenjar ludahku. Aku terus menahan hasratku,sampai akhirnya tidak tahan lagi. Dengan cepat kubuka bungkus lolipop itu dan memasukkannya ke dalam mulut. Aku mengulumnya dalam mulutku. “Enak!” kata-kata itu tiba-tiba saja muncul,kemudian dengan cepat kututup mulutku dan suasana hening kembali.
            “Kak Rista mau jadi pacarnya Dani gak?” aku kembali tersedak, kali ini aku benar-benar mengira dia itu orang gila. “Kamu ini ngomong apa? Darimana kamu dapat kata-kata seperti itu?” kataku dengan mata mendelik. Ayolah,dia hanya anak kelas 2 SD yang berumur 8 tahun.
            “Temen-temen bilang,pacar itu anak perempuan yang cantik dan baik hati. Jadi,Dani pikir Kak Rista itu pacar” aku terhenyak beberapa saat, otakku buntu. Aku tidak tahu harus menjawab apa,bahkan hanya untuk mengatakan kalau ia salah pun aku tidak bisa. Aku ini kenapa???
separador

0 komen:

Cari

profil

Foto saya
seolah hitam, padahal kelabu.

sahabat

Blog Archive

Categories