Telah lama mereka berucap
Dan aku sudah jengah, sayang
Anjing menggonggong hingga parau
Sepi menguliti hingga mati
Sudah! Sudah!
Awan mendung berarak datang
Sayang...
Aku menunggumu di pondokan
Tempat dimana bunga-bunga krisan terkembang
Hujan:
Ya, kini hujan telah lahir
Menjagalmu dengan gigil kedinginan
Dan aku melingkupimu dengan dekapan
Kenapa hujan terus
turun?
Aku diam.
Kau menunggu, termangu dalam binar pemburu
Kau memburu jawaban kan sayang?
Tapi jangan berasa jua
Aku pun tak banyak tahu
Brengsek : Jangan panggil aku begini
Sudah lama aku terjatuh dalam sepi
Menjadi tandus dalam lautan yang kau hamparkan
Sudah sejak lama, aku bosan
Tapi, sayang
Tak ada lagi jalan pulang, tak ada lagi cahaya yang akan
benderang
Jika kau adalah cahaya dalam petang
Aku memandangi wajahmu yang pucat
Serupa mayat
Kau tahu, Sejak lama, hujan menerbitkan petaka
Lalu, kenapa kau masih setia padanya?
Tak berkesudahan mendung di matamu itu
Biar sayang, biar aku menerkam halilintar
Menghalaunya pulang
Asal kau tak lagi menatap hujan
Hapus, hapus itu air mata
Sudah lama kau mencintainya
Beri aku cahaya, sayang...
Itu dia ! Itu dia sinar lilin yang kunobatkan
Sebagai berlian
Dia ada di dalam matamu
Lalu kau biarkan menjadi randu kerontang yang kehilangan
dedaunan
Tengoklah kesini sayang
Biar hujan mengintip kita berdekapan
4 komen:
cie penyair...cie...cie...
kan aku mau minta kritik sayang...
Hahahaha kalau kuamati tulisan-tulisanmu *maaf banget ya?* kayak orang lagi marah, hehehe *peace ga
ya, emang bener...:D
makasih udah mampu merasakan kemarahannya..
Posting Komentar