Sabtu, 06 Agustus 2011
Potongan Hati : Seberapa Kuat Kau Sanggup Mencari??
Aku tidak tahu banyak hal tentangnya. Segala hal yang nampak padanya hanyalah clue, yang seolah harus kukumpulkan sepanjang waktu hanya untuk melihatnya sebagai pribadi yang utuh.
Aku tahu, tak banyak waktu yang kumiliki untuk bisa mengumpulkan potongan-potongan clue itu, dan barangkali aku memang tidak memilikinya sama sekali.
Ia datang dan pergi sesukanya. Seolah aku ini jendela dan ia angin semilir yang menembusnya, kemudian lari entah kemana. Hanya satu hal yang kutahu darinya, ia tidak pernah muncul sebagai seorang pria, kau tahu, tapi seorang pangeran. Atau begitulah yang kurasakan.
Ia selalu muncul tiba-tiba, kemudian cahaya bulan seperti bersatu dan membuat wajahnya yang berkharisma itu berkilau dan terang, seolah wajahnya mampu bercahaya. Ia tidak pernah tampak dengan pakaian lusuh dan murahan, dan segala hal yang ia kenakan seolah barang limited edition dan di desain khusus untuknya. Karena kurasa, tidak ada yang lebih cocok mengenakan pakaian itu kecuali dirinya.
Namaya, Ardhana, pangeran bertubuh jangkung dengan sedikit luka di jidatnya, membentuk semacam tattoo bergambar ukiran abad pertengahan yang rumit.
Hanya dua kali, dalam sebulan selama 2 tahun, ia muncul di hadapanku. Seolah ia memiliki begitu banyak kegiatan hingga ia hanya bisa melakukannya dalam waktu sesingkat itu. Atau mungkin ia semacam pria dari masa lalu yang di datang untuk bertemu denganku-oh, apa yang aku pikirkan?-
Dan hari ini, harusnya ia akan datang dan menemuiku dengan membawa sebuah bunga anyelir dan senyum lembut. Kemudian kami akan melihat pemandangan danau, mengamati malam, bertukar senyuman, dan terbang(aku berharap ini konotasi, tapi aku cukup waras untuk mengatakan kalau ini benar-benar terjadi).
Tapi malam ini kelihatan berbeda. Hujan tak berhenti, dan cahaya bulan tak tampak. Hilang ditelan awan hitam. Bodoh sekali karena aku terus duduk di tepi danau dan memandangi langit, berharap bintang jatuh kearahku dan membawanya pulang. Tapi yang kutemukan hanya kepayahan dan kelelahan. Bukan karena duduk selama hampir 5 jam di depan danau dan menjadi santap malam serangga malam, bukan juga karena mengamati hal yang seolah serupa dengan kondisi tubuh basah kuyup dan kedinginan. Aku hanya lelah karena keadaan tak pernah berubah sejak pertama kali kami bertemu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komen:
ini belum selesai kan ga?
aku penasaran kelanjutannya
belum..nah lo...tapi ini edisi lama...sayang mengendap di lepi, jadi ku upload...*dan sampe sekarang bingung gimana kelanjutannya,hhaaa
tunggu babak selanjutnya,
aku semedi dulu :D
Posting Komentar