yang udah berkunjung

Diberdayakan oleh Blogger.

MAKASIH KUNJUNGANNYA, MAMPIR LAGI YA...

Jumat, 11 Februari 2011

Aku berprasangka,dia berpura dan kita bersama cinta


            Siapa yang pernah melihat surga??? Baiklah,tak seorang pun. Kecuali aku tentunya,hha... Baiklah,jika ada yang berminat melihat surga,mengangguklah dan katakan setuju pada apa yang akan ku ceritakan.

             Surga yang kulihat berbentuk seperti bukit. Ia di kelilingi danau besar berwarna-warni dan berkedipan,di tumbuhi puluhan spesies tumbuhan,dan bunga-bungaan. Mulai dari rerumputan sampai yang berkayu. Mulai dari yang rimbun sampai yang gundul. Mulai dari pembuat pesona sampai pembuat luka. Mulai dari rumput liar sampai pohon penghasilan. Mulai dari bunga edelweis sampai kulit kacang
Aku melihat surga bersama seseorang,seribu kali aku berharap kalau ia adalah malaikat,sayangnya sejuta kali otakku didoktrin jika ia adalah setannya,baiklah. Dia sahabatku. Kami berdebat hebat mengenai surga ini. Aku meyakinkan setan itu kalau bukit berkabut putih tipis yang di kelilingin danau ini adalah surga. Dan ia menyangkalnya dengan argumentasi-argumentasi baja 
“Kalau cari yang sempurna ya gak ada”kataku pada akhirnya,sambil menghirup napas panjang perbukitan. “Bukannya harus sempurna,tapi surga tidak pernah punya kulit kacang” ia menginjak-injak kulit  kacang yang tepat berada di bawah sepatu barunya. 
          “Namanya juga wisatawan” kulihat ia tengak-tengok. Seperti mencari sesuatu di antara keramian. Entah apa yang tengah ia pikirkan.
Tiba-tiba seekor kupu-kupu mendekatiku. Kupu-kupu berukuran jumbo dengan corak hitam bercampur orange itu hinggap di salah satu ranting pohon. Ia diam di sana beberapa detik,sambil mengepakan sayapnya perlahan. Seperti pamer dan ingin membuatku iri. Dan ia berhasil!
Aku mengamatinya,terkesima seketika. Sayapnya berwarna cerah,indah dan benar-benar membuatku kehilangan amarah. Kepakan sayapnya adalah yang terindah. Ada semacam pola berbentuk mata burung hantu saat ia merebahkan sayapnya. Sesuatu yang membuatku berkhayal jika ini benar-benar surga. Sebelum tiba-tiba “Plukk!!!”kupu-kupu itu berontak. Sebuah jaring menjeratnya,kupu-kupu itu menjerit dalam hening. Sementara gadis kecil itu tertawa. “Ayah...aku dapat!!!” ia berteriak kegirangan. Berlarian kesana kemari menambah kegaduhan. 
“Itu yang namanya surga!”Dalmas menarik tanganku tiba-tiba. Aku tersentak kaget,tapi pemuda itu terlihat tidak peduli. ”Kamu ini apaan sich?!”aku menghempaskan tangannya. “Kamu mau disana seharian?”suaranya terdengar sinis. ”Iya. Emangnya kenapa?”jawabku dengan suara yang meninggi.
“Surga apanya!itu malah neraka. Kalau mau lihat surga...aku antar”katanya sambil menunjuk sebuah pohon besar tepat di pinggir bukit. Pohon itu berseberangan persis dengan jurang curam yang di papan peringatannya tertulis ’hati-hati’. ”Ayo ke sana. Kita ke surga”kata Dalmas sambil menarik tanganku dengan kuat. Aku menahan langkahku,membuat kami saling tarik menarik selama beberapa saat.
“Dalmas...jangan maksa!”tapi seperti biasa ia tidak begitu peduli dengan ucapanku. “Apa kamu mau ke surga betulann?kamu gak sadar apa...di sana tuh ada jurang” “Aku berani jamin kita gak akan kenapa-napa”katanya dengan tarikan yang makin kuat. “Lepas!”aku berteriak. Tapi ia cuek. Kali ini aku berusaha menghempaskan tangannya,tapi tidak bisa. Kami saling tarik menarik.
“Aku mau...dalam hitungan ke-3 kita kembali ke keramaian. Satu...”kataku perlahan. “Dua...”tapi ia tak juga peduli. “Tiga!”aku berteriak. Bukannya lepas dari keusilannya,aku malah mendapat semprotan. “Ini bukan hutan. Jaga suaramu!”dan lagi dari seorang pemuda tidak di kenal. Dengan tubuh jangkung,rambut gimbal,pakaian serba hitam dan robek di beberapa bagian. Ia mengggaruk kepalanya,melihatku dengan berani. “Berteriak-teriak itu hanya membuat polusi suara”katanya lagi. Dalmas menarik tanganku lagi,aku bertahan. Ia menarik lenganku kali ini,aku berusaha meloloskan diri,tapi ia tak mau kalah.
            Sebelum tiba-tiba pemuda aneh itu berjalan mendekatiku,menghirup napas dalam-dalam sambil memejamkan matanya. ”Oh ya,tempat ini bukan untuk latihan tarik tambang. Tujuh belasan ’kan masih lama ”katanya dengan mata tertutup.
“Apa kamu mengenalnya?” Dalmas yang berada di sampingku itu berbisik. Sementara aku hanya bisa mengangkat bahu. ”Apa dia juru kunci sini ya?” aku membungkam mulutnya cepat-cepat sambil mendelik. ”Mungkin aja ’kan?” katanya setelah melepaskan tanganku dari mulutnya. ”Pokonya jaga omonganmu”
            Kami mengawasi pemuda aneh itu beberapa lama.saling berpandangan sambil menggeleng-gelengkan kepala. ”Apa menurutmu dia gila?”Dalmas berbisik lagi. Lagi-lagi,aku hanya bisa mengangkat bahu. Beberapa saat kami mengamatinya,sebelum akhirnya Dalmas menarik tanganku kembali ke dalam mobil.
”Menurutmu,apa dia orang gila?” ”Mungkin iya,mungkin juga gak” ia bergumam. ”Bilang aja gak tahu” ”Ya emang aku gak tahu.” 
Dalam beberapa menit kami saling diam. Aku memandangi jalanan yang di penuhi rerumputan dan bunga liar. Hijau dan sangat menakjubkan. Konsentrasiku terpecah saat Dalmas menghentikan laju mobilnya. “Ada apa?” tanyaku penasaran. Tapi ia justru diam. Saat aku melihat kearahnya,segera kuketahui ia tengah mengamatiku. Suasana berubah total saat itu. Ada sesuatu yang tidak bisa di gambarkan saat matanya itu mulai memandangiku. Sesuatu yang mampu membuatku hampir gila selama bertahun-tahun.
“Maaf ya yang barusan.”Suaranya terdengar begitu lembut. Wajahnya yang berjerawat tetap terlihat menawan. Sangat berbeda dengannya sepuluh menit lalu. Mungkin suara semacam ini yang memperparah kegilaanku padanya.
            ”Ada apa?”tanyaku dengan kening berkernyit. Tapi ia terus diam,kecuali matanya yang sibuk memandangiku. ”Aku mengenal seorang gadis kecil.”suasana mendadak hening. Sementara ia makin mendekat. ”Kami punya hubungan yang istimewa. Bahkan terlalu istimewa untuk di bilang pacar”ia mendekatiku lagi,jarak kami berdua mungkin hanya sejengkal. Saat itu kurasakan jantungku yang mulai berdebar keras. Juga tanganku yang gemetaran. 
Aku tidak tahan,aku mendorong tubuhnya ke belakang perlahan. ”Kalau ngobrolnya gitu aja lebih enak lho”kataku dengan senyum yang di paksakan.
            ”Aku mengenal gadis kecil itu dengan sangat baik. Bahkan,aku lebih mengenalnya dari pada diriku sendiri”wajahnya tampak begitu serius ”Kamu jangan mendadak gila gini donk!” tapi Dalmas malah  memegang tangaku dengan erat. ”Dita...”ia berusaha mendekat lagi. Tapi aku mendorongnya dengan pasti. Menghempaskan tangannya dari jemariku. Melihatnya dengan galak. Tapi ia tidak bergeming,masih sibuk menatap mataku. ”Kamu kesurupan?”
            ”I love you”bisiknya dengan senyum lebar. Aku tidak tahu harus mengatakan apa,antara bingung dan takut. Apa dia gila atau kesurupan,atau kah ia hanya bercanda dan mebuatku gak karuan? Bagaiaman kalau dia serius?bagaimana kalau dia memintaku...tapi Dalmas malah tertawa. 
“Yes!!!Ending dramanya kayak gini,gimana?”katanya dengan mata yang berbinar-binar.
separador

0 komen:

Cari

profil

Foto saya
seolah hitam, padahal kelabu.

sahabat

Blog Archive

Categories