Dua orang pelancong, dengan rambut yang berantakan, kuyup oleh keringat dan
air hujan, berhadapan tak berkata. Tangan kanan si lelaki melingkar di pinggang
pasangannya, menyeretnya ke dalam pelukan, lalu mengecup kening gadisnya
sekali.
“Jangan khawatir, aku selalu siap, kapanpun kamu ingin putus,” kata lelaki
itu, sambil memalingkan wajah, menyembunyikan matanya yang mulai berair, dan
napasnya yang naik turun tak stabil.
“Syukurlah kamu tidak berubah.”
Dia tak membalas, hanya melesapkan pasir ke tangan. Memandangi langit yang
sudah menjadi merah. Dibiarkannya gadis itu menjauh, hanya mencuri pandang pada
punggungnya yang indah dan terbuka.
“Tak pernah sekalipun aku berpikir, kau akan bersamaku selamanya di masa
depan. Tapi, di saat terakhir, tak sepertimu, melepaskan terasa jauh lebih
sulit daripada yang kubayangkan. Barangkali, hanya aku yang jatuh cinta.”
0 komen:
Posting Komentar