Ketika pertamakali
masuk dalam dunia kepenulisan(yang tentu saja kupelajari secara otodidak), aku
lantas tersedot. Hingga kini, aku tidak bisa keluar dari dunia semacam itu. Barangkali
bukan karena aku terlalu mencintainya, namun, karena aku gak punya pilihan
lain. Sepertinya aku gak punya keahlian lain kecuali menulis. (itupun kalau aku
sudah dianggap ahli, dan kurasa, masih sangat jauh). Jadi, aku terus berkecimpung
di sana hanya untuk meyakinkan diriku sendiri apabila “aku punya keahlian”.
Tapi, agaknya
tidak juga. Ketika aku mulai kesal dan lelah pada sesuatu, aku akan menggunakan
jari-jariku untuk melampiaskannya, di dalam tulisan. Folder NOGA, yang
sebenarnya adalah singkatan NOVEL MEGA(yang kubuat 3 tahun lalu karena obsesiku
menulis novel), menjadi tempat sampah. Dia selalu kubuka dan kutambahi isinya
dengan tulisan-tulisan, entah yang jelas, atau tidak sama sekali. Entahlah,
barangkali, aku memang telah tersedot terlalu dalam.
Setelah
bertahun-tahun menulis, aku memasuki beberapa forum kepenulisan dan jurnalistik,
baik forum nasional, lingkup universitas maupun fakultas. Dan aku semakin
terjebak di dalamnya. Kini, setelah aku
menjabat di sebuah posisi yang lumayan penting di sebuah badan jurnalistik(sebut
saja Batik), aku benar-benar terjebak. Permasalahan yang kuhadapi bukan hanya “kebosanan
menulis”, “tidak ada ide menulis” dsb. Namun, masalah yang lebih besar. Lebih kompleks
daripada permasalahan individual dan remeh.
“Bagaimana
caranya menghidupi organisasi ini?”
“Apa yang
harus kulakukan untuk membuatnya bertahan?”
Terus terang, Batik
sedang berada di kondisi hampir krisis saat ini. Krisis SDM dan uang. Banyak yang
hilang, namun sedikit yang datang. Lalu soal uang ? bagaimana harus
mengatakannya ya? Pinjem istilah teman, uang itu nomer 2, tapi nomer 1nya gak
ada. Well, uang itu seperti segalanya bagi Batik. Tanpa uang, tidak akan ada
yang bisa diterbitkan. Tidak akan ada ketidakadilan yang disuarakan. Itu secara
eksplisit, namun, dalam diam dan kesulitan, Batik mengajarkanku hal lain. Hal yang
terlalu elit untuk dibicarakan kaum yang mengagungkan uang dan kekuasaan. Ya, benar, uang itu nomer 2, tapi nomer 1,3,4,5
hingga tak terhingga adalah komitmen dan kebersamaan.
Selama ini,
aku selalu berpikir jika kebersamaan adalah dongeng orang miskin yang gak punya
cara lain untuk menghibur diri kecuali bercanda-canda bersama. Atau orang-orang
kesepian yang setiap malam selalu membayangkan seseorang yang akan
mendongeng untuknya. Namun setelah menyadari jika ada banyak hal yang hilang
ketika satu per satu mulai meninggalkan organisasi ini karena kepengurusannya
telah habis, atau hanya satu atau dua yang agaknya tetap berkomitmen untuk
membangun organisasi ini, lantas selebihnya hilang entah kemana, aku merasa
hilang. hilang arah, hilang kepercayaan diri, hilang harapan.
Memang, aku
berhasil menarik beberapa pengurus yang ‘sayup-sayup tidak terdengar’, tapi,
hanya secara fisik. Secara emosional, aku masih belum berhasil. Aku takut, jika
nanti, orang-orang akan meninggalkan organisasi ini lantas digantikan oleh
organisasi-organisasi baru yang lebih seksi dan bernuansa hura-hura. Bahkan,
aku sendiri takut jika aku pun melakukan hal yang sama. Mungkin aku akan sangat
kelelahan saat berjuang,menguatkan Batik agar terus bertahan. Namun, barangkali
disuatu masa, aku akan merasa sangat amat kelelahan lalu menyerah, dan aku melupakan
Batik. Aku lupa pada tulisan. Aku lupa pada perjuangan. Ya, suatu masa itu,
barangkali akan hadir suatu hari nanti. Namun sebelum hal itu terjadi, aku
pastikan diriku akan berada disana untuk menolak pikiran semacam itu
mentah-mentah.
Sebab, sekecil
apapun itu, seremeh apapun yang telah Batik berikan, dia tetap menjadi bagian
dari romansa kehidupan. Untuk aku, untuk kamu, bahkan untuk semua orang yang
telah membaca karyanya. Kehilanga Batik sama artinya dengan kehilangan romansa.Namun hal itu tentu saja tidak akan terjadi, sebab, Batik adalah organisasi yang
kuat, yang telah bertahan puluhan tahun. Telah dihidupi ratusan orang dan
jutaan keringat. Dan aku selalu percaya, Batik akan tetap berjuang, bersiap
menyerang, tahan di medan perang. Dia akan berhasil melawan perubahan, mencabik
kesulitan, lalu meraih masa kejayaanya kembali, sebentar lagi.
3 komen:
Mungkin meski tersingkir, terlalu banyak sisa keraguan di hati kita. Kehilangan dan rasa kecewa yang terlalu berbekas.
Tapi tidak bisa dipungkiri, Batik telah memberiku banyak hal. Dan mungkin nantinya, itu yang membuatku ingin bertahan bersama kamu. :D
Semangat Mega, jangan dianggap beban, anggaplah peluang. dengan orang yang sedikit itu, kamu bisa menciptakan orang-orang hebat, fokus ga :D
@Say_Ane:
Bunga tumbuh setelah musim dingin usai, lantas menjadi lebih indah. Ulat bermetamorfosis menjadi kupu-kupu setelah menjadi kepompong. Mungkin, masa ini akan menjadi fase metamorfosis bagi Batik, dan kita tentu saja.
@Nurul Fajriyah :
iya, ini tantangan. Fase ini adalah batu loncatan untuk berkembang dengan matang
Posting Komentar